Demi masa.Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.(QS,AL 'ASHR ayat 1-3 )
Tampilkan postingan dengan label pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pendidikan. Tampilkan semua postingan

Kamis, 12 Januari 2012

Pengembangan Pembelajaran Sejarah

Pengembangan Pembelajaran Sejarah

Semenjak tahun 1957, cikal bakal pembahasan mengenai persoalan historiografi dalam pembelajaran sejarah di Indonesia seringkali dibahas dan didiskusikan, namun mengalami kemandekan. Terutama persoalan yang menyangkut landasan filosofis dan metodologis pembelajaran sejarah Indonesia. Tidak sedikit kalangan yang menganggap apa yang telah digagas pada tahun 1957 itu seolah-olah “sudah final” dan tidak perlu dikaji kembali. Seminar Nasional Sejarah pada tahun 1957 itu terkait tentang konsepsi Sejarah Nasional Indonesia yang mencoba menggagas sejarah masyarakat Indonesia dari sudut pandang orang Indonesia sendiri. Namun, pada perkembangannya muncul persoalan besar dalam historiografi dan pembelajaran sejarah kita. Sebagian kalangan sejarawan bahkan mencoba “menggugat” Indonesiasentris yang pernah digagas pada tahun 1957 itu. Kekritisan ini tentunya harus dibaca sebagai kegelisahan intelektual yang mencoba untuk merumuskan kembali konsepsi sejarah nasional Indonesia yang bercorak lebih dekat kepada fakta masa lalu masyarakat. Perkembangan ini tentunya harus disambut gembira karena sebagai ilmu, sejarah menjadi dinamis dan tidak stagnan. Perkembangan intelektual yang menyangkut historiografi ini sudah selayaknya diapresiasi. Konseptualisasi mengenai historiografi Indonesia dalam pembelajaran sejarah pada saat ini hendak dibawa ke arah mana ? Apakah peristiwa-peristiwa yang terjadi dimasa lampau ditulis kembali oleh para ahli sejarah dan sejarahwan hanya berorientasi pada filosofis, ideologis, dan kepahlawanan saja ? itulah yang mengemuka secara intens dalam diskusi diskusi nasional nasional tentang pembelajaran sejarah yang kreatif dan inovatif, baik dari segi isi maupun media yang digunakan.

Hal inilah yang menjadikan paradigma masyarakat terhadap pelajaran sejarah sebagai hal yang tidak penting untuk dipelajari, sehingga pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang terkatagori nomer dua, bahkan nomer sekian dari beberapa mata pelajaran yang di sampaikan di sekolah sehingga guru apapun basic pendidikannya, dan dengan pertimbangan sejarah adalah mata pelajaran hapalan dan mudah maka guru apapun dapat mengajarkannya.

Ironi memang, di saat pemerintah mulai mencanangkan profesionalisme dalam pembelajaran dengan diluncurkannya sertifikasi guru, masih banyak ditemukan di temukan sekolah yang memberikan tugas kepada guru yang tidak berbasic sejarah mengajar sejarah, kapan yang namanya profesionalisme dapat dicapai.Itu adalah sisi pembelajaran sejarah yang terkatagori tidak tepat, tetapi disisi lain kadang kekeliruan datang dari ketidakmampuan guru sejarah menciptakan inovasi model pembelajaran, ataupun menggunakan metode pembelajaran yang kreatif.

kekeliruan metode pembelajaran sejarah yang dikembangkan oleh guru disebabkan oleh faktor: (1) padatnya materi pelajaran sehingga memungkinkan untuk mengambil jalan pintas, berarti mengabaikan aspek afektif dan psikomotorik; (2) guru tidak memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk membelajarkan sejarah yang dapat menarik minat siswa; dan (3) guru cenderung menggunakan satu metode dalam membelajarkan keseluruhan materi, tanpa mempertimbangkan karakteristik dari setiap topik materi yang disampaikan. Kekeliruan dalam pembelajaran sejarah semakin mendapat penguatan karena pilihan pekerjaan menjadi guru sejarah bukan panggilan moral, tetapi hanya ingin cepat mendapat pekerjaan.

Ada empat komponen yang saling berkait dan menjadi penyebab munculnya masalah dalam pembelajaran sejarah, yakni: (1) tenaga pengajar sejarah yang pada umumnya miskin wawasan kesejarahan karena ada semacam kemalasan intelektual untuk menggali sumber sejarah, baik berupa benda-benda, dokumen maupun literatur. Pengajar sejarah yang baik adalah mereka yang mampu merangsang dan mengembangkan daya imajinasi peserta didik sedemikian rupa, sehingga cerita sejarah yang disajikan menantang rasa ingin tahu; (2) buku-buku sejarah dan media pembelajaran sejarah yang masih terbatas; (3) peserta didik yang kurang memberikan respons positif terhadap pembelajaran sejarah; dan (4) metode pembelajaran sejarah pada umumnya kurang menantang daya intelektual peserta didik.

Tanpa bermaksud mengabaikan pentingnya membenahi komponen lain, tampaknya pembenahan metode pembelajaran sejarah paling realistis, karena terjangkau oleh guru dan relatif kecil biayanya.apabila kita ingin memperbaiki citra buram dari pelajaran sejarah, diperlukan antara lain usaha-usaha perbaikan cara mengajar guru sejarah. agar sejarah dapat berfungsi, metode pembelajaran sejarah di sekolah harus dibenahi. Pembenahan metode pembelajaran sejarah tidak sekadar menjadi pemicu minat belajar, tetapi juga sebagai salah satu instrument yang berperan memproses anak didik agar mendapat hasil belajar yang baik.

Langkah awal untuk merevitalisasi metode pembelajaran adalah berusaha memahami bagaimana seharusnya mata pelajaran sejarah diajarkan. Setidaknya, ada lima unsur pembelajaran sejarah yang harus diimplementasikan: (1) variatif; pembelajaran apapun yang dilakukan jika monoton pasti membuat siswa jenuh, bosan, dan akhirnya kurang berminat. Hal ini terjadi dalam pembelajaran sejarah, karena terkonsentrasi pada penerapan metode ceramah, sehingga kesan yang muncul adalah mata pelajaran sejarah identik dengan metode ceramah, bahkan sebagian besar guru sejarah berasumsi bahwa materi sejarah dapat dipindahkan secara utuh dari kepala guru ke kepala peserta didik dengan metode pembelajaran yang sama. (2) dari fakta ke analisis; pembelajaran sejarah di berbagai sekolah ternyata lebih menekankan pada fakta sejarah dan hafalan fakta seperti pelaku, tahun kejadian, dan tempat kejadian. Idealnya, pembelajaran sejarah bukan sekadar transfer of knowledge tetapi juga transfer of value, bukan sekadar mengajarkan siswa menjadi cerdas tetapi juga berakhlak mulia. Karena itu, pembelajaran sejarah bertujuan untuk mengembangkan keilmuan sekaligus berfungsi didaktis, bahwa maksud pengajaran sejarah adalah agar generasi muda yang berikut dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari pengalaman nenek moyangnya.

Menurut Mestika Zed siswa tidak cukup dijejali kesibukan kognitif menghafal pengetahuan lewat fakta-fakta yang sudah mati di masa lalu, sebagaimana banyak terjadi selama ini (Kompas, 13 Agustus 2005). Secara tegas Soedjatmoko (1976:15) menggariskan bahwa harus dibuang cara-cara mengajarkan sejarah yang mengutamakan fakta sejarah. Pandangan ini sangat penting diimplementasikan dalam pengajaran sejarah agar tidak terjadi apa yang dikhawatirkan oleh Winamo Surachmad (1978:9), yaitu siswa tidak berhasil tiba pada taraf kemampuan untuk melihat dan berpikir secara historis, tetapi pengetahuan sejarah mereka berhenti dan terbelenggu oleh sekumpulan data, fakta, dan nama-nama orang. Karena itu, pembelajaran sejarah tidak boleh berhenti pada tingkat fakta, tetapi harus sampai pada domain analisis. (3) terbuka dan dialogis; praktek pembelajaran sejarah yang tertutup dan monoton berpotensi membawa siswa dalam suasana kelas yang kaku, sehingga memunculkan sikap kurang antusias. Karena itu, guru sejarah wajib mendesain pembelajaran yang bersifat terbuka dan dialogis. Keterbukaan dan dialogis mengharuskan guru sejarah untuk tidak menganggap dirinya sebagai satu-satunya sumber kebenaran di kelas, sebab paradigma teacher centered yang cenderung membuat suasana kelas menjadi tertutup dan tidak mampu menumbuhkan kreativitas siswa sudah harus ditinggalkan kemudian beralih ke student centered. (4) divergen; sejalan dengan pembelajaran sejarah yang menekankan pada analisis dan dialogis, penerapan prinsip divergen sangat penting agar pembelajaran sejarah terhindar dari kecenderungan yang hanya menyampaikan fakta sejarah. Pembelajaran sejarah bukan hanya 20 + 20 = 40, melainkan juga … (+, x, -, dan …= 40. Artinya, pembelajaran sejarah menghendaki pemecahan suatu masalah dengan memberi peluang kepada siswa untuk menganalisis dan melahirkan banyak gagasan. Dengan demikian tidak cukup sekadar guru menanyakan: “Siapa tokoh proklamator Indonesia?” melainkan harus dikembangkan menjadi: “Mengapa Soekarno – Hatta yang memproklamasikan kemerdekaan Indonesia?.” (5) progresif; pembelajaran sejarah perlu didasarkan pada prinsip progresif. perspektif baru pendidikan sejarah harus progresif dan berwawasan tegas ke masa depan. Apabila sejarah hendak berfungsi sebagai pendidikan, maka harus dapat memberikan solusi cerdas dan relevan dengan situasi sosial dewasa ini. Penekanan prinsip ini merupakan pengewejantahan mata pelajaran sejarah dengan watak tridimensional.

Rabu, 21 September 2011

Catatan dari Keprihatinan Seorang Teman

Kunci Pendidikan No.1 Terbaik di Dunia

Posted: 4 August 2010 by suciptoardi in Guru

Tahukah anda semua, negara mana yang kualitas pendidikannya menduduki peringkat pertama di dunia?. Bukan Amerika dengan Harvard-nya, bukan Jerman atau Perancis, atau juga Indonesia dengan ITB-nya…Negara itu adalah FINLANDIA ! Negara dengan ibukota Helsinki (tempat ditandatanganinya perjanjian damai antara RI dengan GAM) ini memang begitu luar biasa.


Peringkat 1 dunia ini diperoleh Finlandia berdasarkan hasil survei internasional yang komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Tes tersebut dikenal dengan nama PISA (Programme for International Student Assesment) mengukur kemampuan siswa di bidang Sains, Membaca, dan juga Matematika. Hebatnya, Finlandia bukan hanya unggul secara akademis tapi juga menunjukkan unggul dalam pendidikan anak-anak lemah mental.

Ringkasnya, Finlandia berhasil membuat semua siswanya cerdas. Lantas apa kuncinya sehingga Finlandia menjadi No. 1 di pentas dunia?

Ternyata kuncinya terletak pada kualitas guru. Di Finlandia hanya ada guru-guru dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru sendiri adalah profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka tidaklah fantastis.

Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan, dan hanya 1 dari 7 pelamar yang bisa diterima. Persaingannya lebih ketat daripada masuk ke Fakultas Hukum bahkan Fakultas Kedokteran!

Jika negara-negara lain percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas pendidikan, Finlandia justru percaya bahwa ujian dan testing itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa. Terlalu banyak testing membuat kita cenderung mengajarkan kepada siswa untuk semata lolos dari ujian, ungkap seorang guru di Finlandia. Pada usia 18 tahun seorang siswa mengambil ujian untuk mengetahui kualifikasi mereka di perguruan tinggi, dan dua pertiga lulusan melanjutkan ke perguruan tinggi.

Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya sendiri, bahkan sejak Pra-TK!

“Ini membantu siswa belajar bertanggungjawab atas pekerjaan mereka sendiri”, kata Sundstrom, kepala sekolah di SD Poikkilaakso, Finlandia.

Siswa didorong untuk bekerja secara independen dengan berusaha mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Suasana sekolah sangat santai dan fleksibel. Adanya terlalu banyak komando hanya akan menghasilkan rasa tertekan, dan mengakibatkan suasana belajar menjadi tidak menyenangkan.
Kelompok siswa yang lambat mendapat dukungan intensif. Hal ini juga yang membuat Finlandia sukses.

Berdasarkan penemuan PISA, pada sekolah-sekolah di Finlandia sangat kecil perbedaan antara siswa yang berprestasi baik dan yang buruk dan merupakan yang terbaik menurut OECD. Remedial tidaklah dianggap sebagai tanda kegagalan tapi sebagai kesempatan untuk memperbaiki.

Seorang guru yang bertugas menangani masalah belajar dan perilaku siswa membuat program individual bagi setiap siswa dengan penekanan tujuan-tujuan yang harus dicapai, umpamanya: Pertama, masuk kelas; kemudian datang tepat waktu; berikutnya, bawa buku, dan lain sebagainya. Kalau mendapat PR siswa bahkan tidak perlu untuk menjawab dengan benar, yang penting mereka berusaha.

Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka. Menurut mereka, jika kita mengatakan “Kamu salah” pada siswa, maka hal tersebut akan membuat siswa malu. Dan jika mereka malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya. Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap dirinya masing-masing. Ranking hanya membuat guru memfokuskan diri pada segelintir siswa tertentu yang dianggap terbaik di kelasnya.

Sumber : http://suciptoardi.wordpress.com/2010/08/04/kunci-pendidikan-no-1-terbaik-di-dunia/#comment-3945.

Kamis, 18 Agustus 2011

MENYUSUN LAPORAN PPL 2011

MENYUSUN LAPORAN PPL 2011

Sebuah laporan merupakan dokumen tertulis, yang memberikan bukti-bukti sekaligus media komunikasi antara peneliti dan pembaca. Oleh karena itu, di dalam penulisan laporan, penulis harus memperhatikan persyaratan-persyaratan berikut:

ü Menggunakan bahasa yang komunikatif, baik, dan benar.

ü Sistematikanya harus benar dan disesuaikan dengan langkah-langkah penulisan laporan yang telah ditentukan.

SYARAT-SYARAT PENULISAN LAPORAN

Ø Penulis laporan harus tahu betul kepada siapa laporan itu ditujukan.

Ø Penulis laporan harus menyadari bahwa pembaca laporan tidak mengikuti semua kegiatan penelitian/PPL di lapangan.

Ø Penulis laporan harus menyadari bahwa latarbelakang pengetahuan, pengalaman, dan minat pembaca laporan tidaklah sama.

Ø Laporan PPL merupakan elemen yang pokok dalam prosses kemajuan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, hal yang sangat penting dalam laporan adalah kejelasan dan kemampuan menyakinkan para pembaca.

SISTEMATIKA LAPORAN PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL ) 2011

1. Bagian Pendahuluan

Ø Halaman Judul

Ø Halaman Pengesahan

Ø Kata Pengantar

Ø Daftar Isi

Ø Daftar Tabel

Ø Daftar Gambar/ilustrasi atau diagram-diagram

2. Gambar Laporan (body of the paper) yang berisi :

BAB I. PENDAHULUAN

Ø Latarbelakang Masalah/Permasalahan

Ø Rumusan Masalah

Ø Tujuan Praktek Pengalaman Lapangan

Ø Manfaat Praktek Pengalaman Lapangan

Ø Ruang Lingkup Praktek Pengalaman Lapangan

BAB II. KONSEP/GAMBARAN UMUM PPL DAN SEKOLAH

Ø Gambaran Umum Tentang PPL

ü Dasar Pelaksanaan PPL

ü Pengertian PPL

Ø Gambaran Umum Sekolah

ü Visi dan Misi Sekolah

ü Analisis Satuan dan Kondisi Sekolah secara Umum

ü Potensi Keadaan Lingkungan Sekolah

ü Kompenen-Kompenen Sekolah dan Programnya

ü Struktur Organisasi

ü Interaksi Sosial Sekolah

BAB III. HASIL PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN

Ø Observasi Setting Kelas dalam PPL

ü Kurikulum

ü Program Pembelajaran

ü Keadaan Fisik Kelas, Ruang Kelas, dan Pengaturan Kelas

ü Kegiatan Belajar Mengajar

Ø Realisasi Kegiatan Belajar Mengajar

ü Mengajar Terbimbing

ü Mengajar Mandiri

ü Uji Praktek Pengalaman Lapangan

§ Faktor Pendukung

§ Faktor Penghambat

§ Cara Mengatasi Hambatan

Ø Pembahasan Praktek Pengalaman Lapangan

ü Pandangan dari Pamong Tentang Pelaksanaan PPL

§ Perencanaan Pembelajaran

§ Pengorganisasian Pembelajaran

§ Tujuan Pembelajaran

ü Pandangan dari Kepala Sekolah/Dewan Guru Tentang Pelaksanaan PPL

§ Kedisiplinan Peserta Selama PPL

§ Kesopanan Peserta selama PPL

§ Interaksi Peserta selama PPL

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Ø Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan harus dibuat singkat, padat, dan jelas. Kesimpulan berisi hal-hal

yang telah di bahas pada bab sebelumnya. Pada bagian ini juga diberikan saran

terhadap masalah-masalah baru untuk diteliti dan diperbaiki lebih lanjut.

3. PENUTUP

Bagian penutup umumnya terdiri dari daftar pustaka, lampiran dan

indeks (jika ada).

Ø Daftar Pustaka

Pada bagian ini disebutkan semua buku sumber yg digunakan sebagai

penunjang dalam penulisan laporan PPL. Hal-hal yg perlu dikemukakan

adalah nama penulis, tahun penerbitan, judul buku, tempat penerbitan,

dan nama penerbit.

Ø Lampiran

Lampiran memuat hal-hal yg perlu diketahui pembaca. Biasanya

meliputi hal-hal berikut :

ü Contoh format kuesioner, wawancara atau pengamatan.

ü Dokumen penting lainnya, seperti foto atau naskah tertentu, Peta Lokasi Sekolah, Data jumlah guru, dan lain-lain.

Pengikut

Bagaimana pendapat anda tentang blog ini ?

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani


visit counter

Arsip Blog